Kamis, 20 Maret 2025

Dari Ketidakpahaman Menuju Toleransi: Strategi untuk Hubungan Agama yang Harmonis

Oleh Syafiqoh Mubarokah

Di tengah masyarakat yang semakin beragam, perbedaan agama sering kali menjadi sumber ketegangan. Konflik yang muncul bukan semata-mata karena perbedaan keyakinan, tetapi lebih sering disebabkan oleh ketidakpahaman terhadap agama lain. Bagaimana kita bisa mengubah ketidakpahaman ini menjadi toleransi yang sejati?

Ketidakpahaman sering kali menjadi akar dari intoleransi dalam kehidupan beragama. Banyak orang yang tidak memiliki cukup pengetahuan tentang agama lain sehingga mudah terpengaruh oleh stereotip dan prasangka negatif. Tanpa interaksi yang cukup, perbedaan agama sering kali menjadi sumber perpecahan daripada alat pemersatu.

Untuk mewujudkan hubungan agama yang harmonis, terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan. Pertama, pendidikan dan literasi keagamaan menjadi kunci utama dalam membangun toleransi. Kurikulum pendidikan sebaiknya memasukkan materi tentang agama-agama yang ada di dunia dengan pendekatan yang objektif dan ilmiah. Selain pendidikan formal, literasi keagamaan juga bisa diperoleh melalui media, buku, seminar, dan diskusi. Tokoh agama dan pemuka masyarakat harus berperan aktif dalam menyebarkan informasi yang benar tentang keyakinan mereka serta menepis kesalahpahaman yang sering beredar di masyarakat.

Kedua, dialog antaragama menjadi sarana yang efektif untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam. Membangun toleransi tidak cukup hanya dengan memahami agama lain secara teori, tetapi juga harus melalui interaksi langsung dengan penganut agama lain. Dalam dialog ini, setiap pihak dapat berbagi pengalaman dan pandangan tanpa rasa takut akan dihakimi atau dipaksa untuk mengubah keyakinan mereka. Dengan adanya forum-forum seperti ini, stereotip negatif terhadap agama lain bisa diminimalkan.

Ketiga, media memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk opini masyarakat terhadap suatu agama. Sayangnya, sering kali media lebih banyak menyoroti konflik antaragama daripada menampilkan contoh harmoni dan kerja sama antarumat beragama. Oleh karena itu, media harus lebih aktif dalam menyebarluaskan narasi yang positif tentang toleransi dan keberagaman. Kampanye digital yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi bisa menjadi salah satu langkah efektif dalam menanggulangi penyebaran hoaks dan ujaran kebencian berbasis agama.

Keempat, pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Regulasi yang adil dan tidak diskriminatif harus diterapkan untuk melindungi hak-hak semua warga negara dalam menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing. Selain regulasi, pemerintah juga dapat berperan sebagai fasilitator dalam mempertemukan berbagai kelompok agama dalam satu wadah kerja sama. Program-program yang mendukung interaksi positif antaragama, seperti kerja bakti bersama atau kegiatan sosial lintas agama, dapat membantu membangun solidaritas dan mengurangi ketegangan.

Kelima, toleransi sejatinya dimulai dari individu. Setiap orang harus memiliki kesadaran bahwa dunia ini dihuni oleh manusia dengan latar belakang yang berbeda-beda, termasuk dalam hal keyakinan. Seseorang yang memiliki pemikiran terbuka dan empati akan lebih mudah menerima perbedaan tanpa merasa terancam. Membangun kesadaran ini bisa dimulai dari lingkungan keluarga dan komunitas terdekat. Orang tua dan pendidik memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai toleransi kepada anak sejak dini. Dengan demikian, generasi mendatang akan tumbuh dengan sikap yang lebih inklusif terhadap perbedaan.

Membangun toleransi membutuhkan upaya yang berkelanjutan melalui pendidikan, dialog antaragama, peran media yang positif, regulasi yang adil, serta kesadaran individu. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, di mana setiap orang dapat menjalankan keyakinannya dengan damai tanpa harus merasa terancam oleh perbedaan. Toleransi bukan berarti menghilangkan perbedaan, tetapi bagaimana kita dapat hidup berdampingan dalam perbedaan tersebut dengan saling menghargai dan memahami satu sama lain.

 

Opini_Tugas Mata Kuliah Metode Pengembangan Keberagamaan

Dosen Pengampu: Dr. Suwendi, M.Ag

Program Pascasarjana UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon